Orang selalu mengatakan bahwa "Rejeki di tangan TUHAN". Apakah itu benar adanya ???
Jika merunut dari segi agama memang benar bahwa dalam ayat-ayat Nya disebutkan bahwa rejeki ditangan TUHAN. Namun ada juga ayat yang mengatakan bahwa "Aku tidak akan mengubah nasib sebuah kaum melainkan mereka sendiri yang merubahnya".
Kenyataan nya dalam dunia yang fana dan sesaat ini, yang penuh godaan kemewahan dan birahi statement "Rejeki di tangan TUHAN" tidak selalu benar. Aku akan menceritakan sebuah kisah fiktif, namun jika ada kesamaan tokoh, karakter, tempat dan alur cerita harap tidak dibesar-besarkan karena ini hanya cerita fiktif berdasarkan pengalaman seorang teman. Kalo ada yang marah-marah biasanya kan karena merasa tersindir lalu membawa-bawa nama baik dan HAM. Sekali lagi ini hanya cerita FIKTIF (sampai aku bold dan underline supaya jelas).
Alkisah di sebuah perusahaan nasional di bilangan thamrin, disalah satu gedung pencakar langitnya, berdirilah perusahaan baru bergerak di bidang pemasangan tower BTS. Saat berdiri baru di rekrut beberapa karyawan, sekitar 3 orang karyawan mengurus masalah lapangan lalu 2 orang mengurus masalah HO dan dari 5 orang tersebut salah satunya wanita. Wanita ini diminta memegang masalah keuangan karena dianggap bahwa wanita lebih teliti. Karena belum ada karyawan lain maka sang karyawan wanita sebut saja nama nya "dewi" mengerjakan hampir semua pekerjaan. Bagian keuangan yang merangkap Receptionist, membuatkan minum untuk tamu, fotocopy, membeli kebutuhan kantor bahkan sampai mengurus gaji karyawan. Dewi bekerja dengan sepenuh hati karena ingin agar perusahaan yang baru berdiri tersebut dapat berkembang dan besar dan dewi ada di dalam nya. Dalam kesibukan nya sang direktur menjanjikan akan memberikan dewi staf untuk membantu pekerjaan nya, saat itu dewi menolak karena dewi tidak ingin biaya operasional jadi jauh lebih besar sementara belum ada uang masuk. Bulan berganti masuk lah karyawan baru untuk posisi OB merangkap kurir dan karyawan untuk posisi HRD, lalu satu orang karyawan wanita untuk posisi receptionist. Semua masih berjalan baik-baik saja dewi pun merasa senang karena ada karyawan wanita lain sehingga ia memiliki teman untuk makan siang bersama. Ternyata receptionist ini kita beri nama saja "dela" ia merokok, hal ini mengganggu bagi dewi karena ia tidak suka terpapar asap rokok. Alasan nya logis karena memang merokok tidak baik bagi kesehatan. Sesi makan siang bersama dan pulang bareng karena rumah dewi dan dela searah maka percakapan pun mulai terbangun baik. Dalam percakapan mereka dela pernah berkata kepada dewi yang dia panggil dengan sebutan mba, "mba gw paling males sama orang yang munafik di depan ngomong apa di belakang ngomong apa" dewi pun menjawab "sama lah gw juga males ada orang seperti itu, ngapain di temenin".
Suasana mulai tidak nyaman saat dewi merasa bahwa karyawan hrd nya adalah seorang penjilat ulung, tukang cari muka (entah mungkin muka nya ketinggalan dirumah). Dan saat insiden "maling teriak maling" ketahuan. Dalam percakapan suatu siang dela pernah berkata ke dewi bahwa ia merasa direktur di kantor mereka bekerja itu genit dan suka pegang-pegang, dia merasa risih dan dia minta agar setiap makan siang dewi mengajak dela makan bersama. Dewi tanpa curiga meng-iya-kan permintaan dela. Beberapa hari kemudian sang direktur ingin ke basement untuk ngopi, lalu dia meminta dela menemaninya karena posisi dela sebagai receptionist tentu ada di front office, dela setuju dan menemani sang pimpinan ngopi, saat itu masih jam kerja dan cukup lama sekitar 1 jam acara ngopi bersama tersebut. Dewi merasa kesal, bukan karena dia tidak diajak ngopi bersama karena dewi memang selalu menolak setiap diajak ngopi karena selain tidak suka kopi dewi juga merasa tidak pantas, nanti dilihat orang dan jadi gosip dewi bersama om-om. Dewi kesal karena kejadian itu terjadi di jam kerja, dimana ia sedang sibuk dengan pekerjaan nya plus di ganggu dengan bunyi telepon kantor yang tidak berhenti berdering karena sang receptionist tidak di tempat.
Karena sikap dewi yang ekstrovert dan dia merasa sang pimpinan selama ini baik saja, ia beranikan diri untuk menyampaikan rasa ketidak nyamanan nya akan kejadian di jam kerja tersebut. Fatal, ternyata sang pimpinan merasa sebagai seorang pemimpin, tidak dapat menerima kritik dewi, sikap nya mulai berubah mulai mencari-cari kesalahan dewi untuk hal-hal yang sepele.
Dewi semakin tau bahwa dela adalah si "munafik" yang dia pernah sebutkan sendiri, saat ternyata dia berbohong kepada dewi mengatakan makan siang dengan teman nya yang kebetulan bekerja di gedung tempat mereka bekerja. Ternyata !!! dia janjian makan siang dengan direktur, karena kesal akan kemunafikannya, dewi mengirimkan bbm kepada dela dan mengatakan bahwa dia lah yang sebenarnya munafik, dela mengelak beralasan bahwa sang pimpinan mengirim pesan singkat kepadanya menanyakan dia makan dimana lalu kemudian ikut bergabung. Alasan klise, dewi cukup dewasa untuk dibohongi oleh kebohongan kecil untuk anak umur 3 tahun seperti itu. Sejak saat itu dewi memutuskan untuk tidak lagi dekat dengan dela, dalam hal apapun.
Melihat peluang bahwa sang direktur dekat dengan dela, sang hrd memasang jerat, entah siapa yang memulai apakah sang direktur yang menjanjikan dela masuk menjadi staf hrd atau sang hrd yang mengajukan agar dela diangkat jadi staf hrd untuk mencari muka dan menjilat. Disuatu senja sepulang karja terjadi percakapan sang karyawan hrd dengan dewi dalam perjalanan, dia menyampaikan kepada dewi bahwa dia dan sang pimpinan perusahaan melihat kemauan dewi untuk belajar dan ingin tau. Dewi menimpali "jika mau belajar dan ingin tau kok kerjaan nya main game, FB dan BB terus ya!". Tapi dewi paham bahwa ini memang sudah diatur, sudah di set sedemikian rupa. Singkat cerita naik posisi lah dela dari receptionist menjadi staf hrd, kinerja nya bisa dibilang sangat buruk. Pemesanan tiket pesawat untuk mobilitas karyawan pemasangan BTS selalu terjadi kesalahan yang menyebabkan perusahaan membayar ekstra biaya nya. Namun dela tidak pernah di tegur, tidak pernah kena marah walau datang selalu siang, terlalu sering tidak ada di tempat karena dia harus merokok yang menjadi kegiatan rutin nya. Justru dewi yang ditanya kenapa selalu ada ekstra biaya dalam setiap pemesanan tiket, aneh kan???. Ini lah yang dewi sebutkan dengan salah satu cara mencari-cari kesalahan dewi. Dewi yang tidak pintar menjilat dan cari muka, dewi yang bekerja bermodalkan skill dan disiplin, di injak-injak oleh sekelompok orang yang bisa menjilat dan mencari muka, yang bergerombol membentuk sebuah koloni. Dalam perusahaan yang masih seumur jagung itu dewi sebagai bagian keuangan yang paling mengetahui kondisi keuangan tahu bahwa perusahaan ini memiliki pengeluaran yang sangat besar, padahal income belum diterima, tapi apa mau dikata dewi tidak akan di dengar pendapatnya, malah dewi dikatakan sok, sok jadi karyawan senior, sok pintar, sok hebat. Sejak kata-kata itu terucap oleh sang pimpinan dalam meeting internal, kata-kata itu muncul karena dewi terlambat datang dalam meeting tersebut karena ia sedang di bank melakukan transaksi untuk pembayaran atas kewajiban perusahaan tersebut. Dewi terluka, jelas dewi sakit hati, dan terlebih dewi kecewa. Karena kekecewaan ini lalu ia merasa tidak lagi perlu bekerja sepenuh hati, tidak perlu bekerja penuh semangat karena yang di butuhkan kantor itu adalah orang-orang yang pintar mencari muka dan pintar menjilat. Dela adalah salah satu nya dan hrd tersebut pandai melihat peluang, dengan memasukkan dela menjadi staf nya tentu posisi nya aman, dia cukup berbaik-baik kepada dela, ini alasan kenapa dela tidak pernah kena marah dan kena tegur walau ia berbuat kesalahan, dengan baik kepada dela, dela akan menyampaikan ke sang pimpinan maka hrd bisa dapat naik jabatan atau naik gaji dengan mulus. (bersambung)
Dari cerita tersebut diatas aku mendapatkan kesimpulan bahwa "rejeki di tangan TUHAN" tidak selalu benar. Rejeki bisa di tangan pimpinan jika kita pintar menjilat, pintar cari muka dan bagi yang wanita pintar merajuk dan bersedia menemani pimpinan.
Mudah-mudahan aku dan teman-teman ku dijauhkan dari sikap-sikap yang demikian. Amin
*Jika ada kesaman tokoh, tempat dan cerita hal ini adalah sebuah kesengajaan yang disengaja :D
No comments:
Post a Comment