Tuesday 3 July 2012

Dieng Negeri Diatas Awan

Dieng 29 Juni 2012 - 1 Juli 2012

Setelah beberapa kali melakukan trip ke laut, kali ini aku mengikuti trip ke gunung yaitu Dataran Tinggi Dieng yang terdapat di daerah Wonosobo Jawa Tengah.

Jumat 29 Juni 2012
Seperti biasa aku dan rombongan berangkat jumat malam, sepulang kerja kami dari kantor masing-masing berkumpul di meeting point di depan RS UKI. Ini trip pertama aku sendirian, tanpa ada teman yang sebelumnya aku kenal, jadi orang-orang yang aku temui di trip ini benar-benar orang baru.
Aku sudah tiba di UKI pukul 19.00, namun aku memilih mengisi perut dahulu sebelum menemui si ketua rombongan. Selesai makan aku menemui ketua rombongan alias penanggung jawab dan sudah berkumpul teman-teman yang lain, mayoritas wanita dari 26 orang dalam rombongan tersebut laki-laki nya hanya 6 orang. Kami saling berkenalan, seperti kebiasaan ku jika berkenalan dengan banyak orang dalam waktu bersamaan sulit untuk ku mengingat kembali nama mereka satu persatu (hehehe maaf bukan nya sombong).
Kami terpisah menjadi 2 elf. Elf ku berisikan 11 orang + 1 supir, sementara sisa nya ada di elf yang ke 2. Perjalanan panjang dimulai, dari depan RS UKI kami berangkat pukul 20.30. Supaya tidur nya nyenyak dan memiliki energi yang lebih saat di Dieng nanti, aku meminum 1 butir antimo saat mulai memasuki jalan tol. Kira-kira pukul 11 malam saat aku terbangun, astaga macet total bukan kepalang, itu serasa puluhan mobil, truk, dan bus parkir di jalan tol, aku putuskan kembali tidur (klo gak tidur kepikiran, kapan sampe nya?). Mungkin karena bertepatan dengan liburan anak-anak sekolah, mayoritas keluarga pulang mudik atau mengajak anak mereka berlibur.

Perjalanan dari Jakarta ke Dieng benar-benar panjang, dalam schedule seharusnya kami sampai Dieng pukul 4 atau 5 pagi itu sekitar 8-10 jam perjalanan, lalu mencari sunrise, ke air terjun, pemandian air panas dan beberapa tempat wisata lainnya. Kenyataan nya, kami sampai 18 jam dalam perjalanan dan baru tiba di Dieng pukul 3 Sore. 

Tetapi setidak nya kami sampai dengan selamat. Setelah sampai di Dieng kami ke homestay "Bu Djono", istirahat sebentar, makan siang yang terlambat dan kami di bagi kedalam beberapa kamar, aku sekamar dengan 3 teman lain.  Setelah menaruh barang bawaan, Istirahat sebentar, dan makan kami menuju Telaga Warna, saat itu sudah pukul 5 sore, sunset sudah akan menjelang kami menikmati pemandangan tersebut dalam ketergesaan.  
Antara tergesa karena sudah hampir maghrib dan tergesa mengejar sunset.
Memang untuk mendapatkan sesuatu yang bagus dan baik itu butuh pengorbanan. Setelah menapaki bukit, kami dihadapkan oleh pemandangan yang subhannallah indah tak terlukiskan dengan kata-kata, bahkan tak dapat terekam oleh kamera. Karena kami sampai Telaga Warna sudah sore, sehingga warna telaga tersebut tidak seindah jika siang hari, menurut guide kami mas sugeng, jika siang hari telaga tersebuh bisa berubah-ubah warna airnya.

Namun semua lelah terobati dan terbayarkan, karena Sang Penguasa Kehidupan memberikan kami keselamatan untuk sampai di sini, dan memberikan kami nikmat dapat menikmati keindahan ciptaan Nya. Maha Besar Engkau dengan segala Kebesaran Mu.

Kami habiskan waktu sampai azan maghrib berkumandang di Telaga Warna, lalu kami kembali ke homestay untuk mandi, sholat dan makan malam. Karena Dieng adalah dataran tinggi maka sudah dapat dipastikan bahwa cuaca nya pasti dingin. Benar sekali, saat bulan Juli - Agustus udara malam bisa mencapai 5 derajat celcius. Siang hari memang cerah namun angin yang bertiup tetap membawa hawa dingin.
Kembali ke homestay dan aku mandi dengan air dingin, mungkin bukan air dingin lebih tepatnya tapi air freezer, belum pernah aku mandi dengan air sedingin itu, dalam kelelahan, terlambat makan, mandi air dingin lengkap sudah. Tapi antusiasme kami semua begitu besar. Sehingga semua tetap semangat dan tersenyum bahagia.

Waktu yang kami pilih yaitu tanggal 29 Juni 2012 - 1 Juli 2012 bertepatan dengan Dieng Culture yaitu adanya prosesi pemotongan rambut gimbal atau rambut gembel yang biasanya di miliki oleh anak-anak di Dieng. Acara tersebut hanya ada 1 tahun sekali, dan jatuh pada tanggal 30 juni - 1 juli 2012. Maka begitu banyak wisatawan baik lokal maupun internasional yang datang berbondong-bondong ke Dieng. Selain menikmati keindahan alam nya juga melihat langsung prosesi acara Dieng Culture tersebut.

















Setelah mandi, sholat dan makan malam, kami diajak menonton sejarah akan Dieng. Dalam gedung "Dieng Plateau Theater" Secara singkat namun sarat akan informasi tentang Dieng di paparkan disana, ruang dalam nya seperti gambar diatas.

Sehabis nonton theater, kami kembali ke homestay dan kamar masing2. Aku sekamar dengan 3 teman lain, Lina, Novi dan Mba Nur. Ada 2 kasur jadi masing-masing kami tidur berdua dalam 1 kasur. Karena baru pukul 8 malam teman-teman yang lain banyak yang menghabiskan waktu jalan-jalan, foto-foto, makan bakso, sementara aku memilih makan pop mie dan minum secangkir nescafe hhhmmmm enaaaakkk,,,,. Informasi yang ku dengan dari guide kami mas sugeng, bahwa akan ada kesenian wayang kulit dan kembang api malam tersebut. Akhirnya aku dan Lina setuju untuk melihatnya.
Seru juga melihat wayang kulit secara live, (habis aku sebagai anak jawa belum pernah lihat yang langsung). Banyak juga yang nonton, dari bapak-bapak, ibu-ibu, sampai anak-anak. dengan udara yang dingin menusuk tulang. Penonton nya pun cukup banyak. Penduduk sekitar memakai pakaian yang serapat mungkin.







Ini bukan bualan tapi dingin nya sungguh menusuk tulang, siapa bilang udara super dingin hanya ada di eropa dan amerika, di indonesia juga ada bung *begitu kalau mau sombong nya hihi*.

Acara wayang tersebut dimulai pukul 10.00 malam, mungkin sampai dini hari baru akan usai. Karena lelah 18 jam dalam perjalanan aku memutuskan kembali ke homestay untuk istirahat. Mengumpulkan energi untuk tracking subuh nanti demi melihat sunrise dari atas pegunungan. Karena udara yang sangat dingin, menurut penduduk sekitar mencapai 5 derajat celcius (kebayang gak dingin nya?) dan aku tidak terbiasa dengan udara yang super dingin itu, maka tidur pun tidak nyenyak. Sudah memakai minyak kayu putih sekujur badan pun tetap kedinginan. Hampir tiap jam aku bangun, mungkin karena perasaan terlalu excited mau lihat sunrise, aku takut bangun terlambat karena rencana nya kami akan berangkat pukul 4 pagi ke gunung sikunir.
 

No comments:

Post a Comment