Thursday, 11 October 2012

Bapak

Begitu sebutan ku memanggil mu, orang tua laki-laki ku. Dari banyak panggilan "ayah" "papi" "pipi" "yanda" dan sebutan yang lain. Aku memanggil mu "Bapak". Sederhana. Sesederhana keseharian mu. Sesederhana pemikiran mu. Sesederhana cara kau memaknai hidup.

Bersyukur sepanjang hidup ku kau selalu ada menemaniku. Kau tidak pernah banyak meminta dan menuntut pada kami keluarga mu. Tapi dalam diam mu, dalam sorot mata mu aku tau kau berharap yang terbaik bagi kami anak-anak mu.

Bapak, sosok laki-laki setia dan bertanggung jawab. Aku bahkan tak pernah mendengarnya mengeluh akan hidup ini, akan keadaan seperti apapun. Bapak aku bangga pada mu, bukan bukan kau yang bangga pada ku. Tapi aku bangga memiliki ayah seperti engkau.

Kau pernah menceritakan pengalaman hidup mu, bukan untuk mengeluh tapi untuk mengajarkan ku kerja keras. Kau pernah mengajak ku bicara soal kewajiban ku sebagai anak, bukan untuk memarahiku tapi untuk mengajarkan apa itu tanggung jawab.
Sewaktu aku kecil kau sering menggendong ku di pundak mu sehingga aku bisa melihat sekeliling dengan lebih jelas, bukan karena ingin menyenangkan ku tapi karena kau ingin aku melihat lebih luas, melihat lebih banyak dan lebih jelas apa itu hidup dari sekedar hidup yang kau lihat.

Kau selalu mengajarkan sesuatu tapi tidak pernah secara langsung kau jelaskan. Aku baru memahaminya setelah aku dewasa.
Aku ingat kau selalu bilang, "kamu harus lebih baik jauh lebih baik dari bapak, jangan mengalah pada nasib nduk". Bapak benar, bahkan dalam agama yang ku anut mengatakan, Tuhan tidak akan mengubah nasib hambanya selama ia (hambanya) tidak ingin berubah. 

Aku tau kau bangga pada ku, dengan segala keterbatasan mu kau dapat menyekolahkan ku dan mendidik aku seperti hari ini. Bapak kau salah. Aku lah yang bangga memiliki ayah seperti engkau, ayah yang selalu ada untuk ku, untuk kami, untuk keluarga mu.

Kau selalu memberikan yang terbaik yang kau miliki pada kami anak-anak mu. Dengan segala keterbatasan mu kau selalu berjuang bagi kami, keluarga mu.
Kau pernah menangis saat kau tau hati anak mu ini tersakiti. Dalam doa mu kau selalu menyebutkan kebahagiaan bagi kami.
Figur ayah yang ku miliki terlalu sempurna, contoh yang ku punya hampir tidak bercela.
Kau sosok bertanggung jawab, setia, penyayang, sabar dan bersahaja.

Bahkan aku berharap suatu hari Tuhan berbaik hati padaku, mendampingkan ku dengan laki-laki seperti engkau. Tapi mungkin zaman sekarang sudah tidak ada lagi laki-laki seperti dirimu bapak.
Tidak ada lagi terkikis oleh ego dan kesombongan.

Tapi aku selalu berdoa, aku masih diberikan umur dan kesempatan untuk satu hal.

Membahagiakan mu.

Entah bagaimana caranya, tapi aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi mu, sama seperti yang selalu engkau lakukan bagi kami.

Love U Always
your daughter

No comments:

Post a Comment